Tak sekadar tanda kalender, 6 Juli memiliki makna besar sebagai World Rural Development Day. Dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB, hari ini menjadi panggilan global untuk menghapus kemiskinan pedesaan dan membangun ekosistem pembangunan inklusif, adil, serta berkelanjutan. Di tengah perjuangan ini, koperasi muncul sebagai suara kuat dari masyarakat akar rumput.
Pembangunan Pedesaan: Realitas dan Harapan
PBB mencatat bahwa lebih dari 80% masyarakat termiskin dunia tinggal di pedesaan, menghadapi ketimpangan akses terhadap pendidikan, kesehatan, teknologi, dan tanah. Padahal, keluarga petani kecil memproduksi 80% makanan dunia, namun kerap terpinggirkan dari rantai nilai dan pengambilan keputusan.
Resolusi PBB untuk Hari Pembangunan Pedesaan menyoroti:
- Empowerment perempuan dan pemuda, terutama melalui hak atas tanah dan akses teknologi.
- Konektivitas digital dan finansial untuk mengatasi ketertinggalan layanan.
- Kemitraan multi-pihak, sebagai landasan pembangunan berkelanjutan.
Koperasi: Struktur Sosial Ekonomi yang Berpihak
Koperasi, terutama di pedesaan, menjadi jawaban atas tantangan tersebut. Dibentuk dan dikelola oleh anggota, koperasi:
- Meningkatkan daya tawar petani dan pelaku usaha mikro melalui produksi dan pemasaran kolektif.
- Menyediakan akses pembiayaan, pelatihan, dan teknologi.
- Membangun solidaritas komunitas, karena keuntungan didistribusikan kepada anggota, bukan pemodal eksternal.
Studi Kasus: Koperasi Multi Pihak Aryadhana
KMP Aryadhana di Indonesia menunjukkan bagaimana kelembagaan koperasi modern bisa merespons tantangan lokal dengan pendekatan global:
- Menggabungkan petani, mitra teknis, pelaku usaha, dan komunitas dalam satu platform tata kelola.
- Mendorong agroforestri sukun sebagai pendekatan ekologi dan ekonomi.
- Mengembangkan dashboard ESG dan memulai tokenisasi kontribusi karbon, membuka pintu ke pembiayaan berbasis dampak.
Struktur KMP memungkinkan berbagi risiko dan hasil secara transparan, serta membangun kepercayaan antar pemangku kepentingan. Ini menjadikannya model koperasi yang adaptif terhadap zaman digital dan tantangan iklim.
Dua Momentum, Satu Visi
Menariknya, Hari Koperasi Internasional jatuh di awal Juli—berdekatan dengan World Rural Development Day. Ini bukan kebetulan, tapi peluang sinergis untuk:
- Mengangkat suara koperasi sebagai solusi transformasi struktural pedesaan.
- Menyoroti praktik baik dan keberhasilan lokal ke panggung global.
- Mendorong kebijakan yang berpihak pada kelembagaan akar rumput.
Koperasi bukan hanya instrumen ekonomi, tapi ruang demokrasi sosial di mana komunitas mengambil kendali atas masa depan mereka.
Penutup: Koperasi Adalah Masa Depan Pedesaan
Dengan waktu yang semakin sempit menuju 2030 dan target SDGs, dunia tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan top-down. Pembangunan pedesaan harus tumbuh dari dalam, dipimpin oleh komunitas itu sendiri. Di sinilah koperasi memainkan peran utama: sebagai katalis solidaritas, penggerak inovasi, dan pengawal keadilan sosial. Tanggal 6 Juli menjadi momen untuk mendengarkan, memperkuat, dan mengangkat suara koperasi. Karena pembangunan pedesaan yang berdaulat dimulai dari kelembagaan yang mengakar dan memanusiakan
*/ Referensi : https://www.un.org/en/observances/rural-development-day